Foto kelompok 2, urut dari kiri Senna, Daoni, Rian, Harititi, Widianto(saya)
Hal pertama yang kami lakukan adalah
analisa saringan agregat kasar dan halus. Pada percobaan analisis agregat kasar
kami mengumpulkan agregat kasar terlebih dahulu seberat 3 kg, kemudian siapkan
satu set saringan dengan ukuran 25 mm, 19 mm, 9.5 mm, 4.75 mm, 2.38 mm, dan
dasar saringan. Masukkan agregat kasar yang telah dikumpulkan kedalam saringan,
kemudian ayak saringan agar agregat yang memiliki ukuran lebih kecil dapat
melewati saringan dengan ukuran yang lebih besar. Timbang agregat yang tertahan
disetiap saringan dengan ukuran yang berbeda. Lalu catat hasil penimbangan
agregat kasar tersebut. Berikut contoh hasil pengolahan data dari percobaan
ini.
Ukuran Saringan (mm)
|
Berat Tertahan (gr)
|
Persentase Tertahan
|
Persentase Tertahan Kumulatif
|
Persentase Lolos Kumulatif
|
SPEC ASTM C33-90
|
|
25
|
0
|
0%
|
0%
|
100%
|
100
|
|
19
|
98
|
3.2667%
|
3.2667%
|
96.733%
|
90-100
|
|
9.5
|
2338
|
77.933%
|
81.2%
|
18.8%
|
20-55
|
|
4.75
|
553
|
18.433%
|
99.633%
|
0.3667%
|
0-10
|
|
2.38
|
7
|
0.233%
|
99.8633%
|
0.1334%
|
0-5
|
Persentase tertahan kumulatif tidak
mencapai 100% karena terdapat sisa seberat 4 gram pada dasar saringan.
saringan agregat halus dengan sisa di pan
Sama seperti yang dilakukan pada agregat
kasar, hanya saja untuk agregat halus harus menggunakan set saringan dengan
ukuran yag lebih kecil. Berikut ini contoh pengolahan data analisis halus.
Ukuran Saringan (mm)
|
Berat Tertahan (gr)
|
Persentase Tertahan
|
Persentase Tertahan Kumulatif
|
Persentase Lolos Kumulatif
|
SPEC ASTM C33-90
|
|
9.5
|
3
|
0.6%
|
0.6%
|
100%
|
100
|
|
4.75
|
20
|
4%
|
4.6%
|
95.4%
|
95-100
|
|
2.36
|
100
|
20%
|
24.6%
|
75.4%
|
80-100
|
|
1.18
|
104
|
20.5%
|
45.4%
|
54.6%
|
50-85
|
|
0.6
|
76
|
15.2%
|
60.6%
|
39.4%
|
25-60
|
|
0.3
|
42
|
8.4%
|
69%
|
31%
|
10-30
|
|
0.15
|
67
|
13.4%
|
82.4%
|
17.6%
|
2-10
|
|
0.075
|
71
|
14.2%
|
96.6%
|
3.4%
|
||
PAN
|
17
|
3.40%
|
100%
|
0%
|
||
Modulus Kehalusan: 3.838
|
Dari hasil data saringan, kita dapat
menghitung besar modulus kehalusan agregat halus dengan cara menjumlahkan
jumlah presentase tertahan kumulatif sampai ke saringan terakhir sebelum PAN
kemudian dibagi dengan 100.
Setelah melakukan analisis saringan
agregat, dilakukan pemeriksaan kadar air agregat pada agregat halus dan agregat
kasar. Pertama timbang dan catat berat talam kemudian masukkan agregat halus
atau agregat kasar kedalam talam, lalu timbang kembali. Kemudian masukkan benda
uji kedalam oven agar agregat menjadi kering. Setelah kering, timbang kembali
lalu catat hasilnya.
Hal keempat yang dilakukan adalah
analisis specific gravity dan penyerapan agregat halus. Khususnya untuk
percobaan ini tidak dilakukan oleh kami namun dilakukan oleh teknisi di lab
kemudian kami memperhatikan bagaimana cara kerjanya. Pada awalnya teknisi
mengeringkan agregat halus menggunakan alat yang ada, kemudian ia mempersiapkan
cetakan kerucut pasir. Sedikit demi sedikit agregat halus yang sudah
dikeringkan dimasukkan kedalam cetakan sambil ditumbuk sebanyak 25 kali tiap
sepertiga bagian dari cetakan. Kemudian cetakan dilepas, sehingga dapat dilihat
bagaimana karakteristik agregat halus tersebut. masukkan agregat halus kedalam
piknometer kemudian isi dengan air, lalu rendam piknometer dengan suhu air 73,4
F selama 24 jam lalu timbang berat piknometer.
Untuk agregat kasar sebelum diuji,
direndam di air terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian dikeringkan
permukaannya mengggunakan handuk kemudian ditimbang. Lalu agregat dimasukkan
kedalam keranjang dan direndam kembali kedalam air, setelah keranjang
digoyang-goyangkan didalam air untuk melepas udara yang terperangkap dan
ditimbang beratnya dalam air. kemudian agregat dikeringkan di oven selama 24
jam kemudian ditimbang berat keringnya.
Terakhir adalah memeriksa kandungan kadar
lumpur dan zat organik didalam agregat halus. Untuk memeriksa kadar lumpur kami
memasukkan sampel agregat halus kedalam gelas ukur, kemudian campur dengan air
untuk melarutkan lumpur. Kocok gelas ukur kemudian diamkan selama 24 jam lalu
ukur tinggi lumpur dan tinggi pasir. Sedangkan untuk memeriksa zat organik
adalah dengan mencampurkan pasir dengan air lalu ditambahkan NaOH dalam wadah
transparan. Kocok campuran kemudian diamkan selama 24 jam lalu perhatikan warna
cairan yang terbentuk kemudian cocokan.
Setelah 24 jam, dilakukan perhitungan
atas tinggi air dan lumpur, didapatkan bahwa kandungan lumpur pada agregat
halus dibawah 5%, sehingga dapat digunakan sebagai pencampur beton. Selain itu
warna cairan dalam wadah tidak lebih tua dari indicator plate nomor 3
sehingga
kandungan organik agregat halus dapat ditoleransi dan agregat halus dapat
digunakan sebagai bahan pencampur beton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar