Sama seperti sbelumnya, di pekan ke 5 kami
melakukan uji tekan beton yang telah berumur 28 hari. Hari ke 28 inilah yang
menjadi hari penentu apakah beton yang dibuat sesuai dengan permintaan sekuat
250 kg/cm2 atau tidak. Sehari sebelum pengujian, beton dikeluarkan dari bak air
terlebih dahulu agar mengering, kemudian dilakukan “caping”. Tujuan
dilakukannya caping adalah untuk meratakan permukaan yang terkena beban tekan.
Sebelum diuji, beton terlebih dahulu ditimbang massanya, baru kemudian di taruh
di mesin UTM (Universal Testing Machine). Beton yang diuji harus diletakkan
tepat di tengah-tengah mesin, dan pastikan dibawah beton tidak ada satupun
kerikil yang mengganjal sehingga posisi beton tidak miring agar beban yang
diberikan mesin merata. Beban yang diberikan harus naik secara perlahan, karena
bila beban yang diberikan naik secara tidak teratur dan tiba-tiba, maka uji
tersebut menjadi uji impact. Selang beberapa saat, jarum pada mesin reader yang
tadinya berputar secara perlahan akan berhenti dan kembali ke 0 bila beton yang
diuji hancur (tidak hancur sepenuhnya, hancur disini maksudnya kehilangan daya
tahan terhadap tekan yang ditandai keretakan pada beton). Jarum ke 2 pada mesin
reader menunjukkan angka beban terakhir yang diterima beton sebelum hancur, dan
angka inilah yang menjadi kuat tekan beton.
Beton yang hancur setelah uji tekan dengan UTM
Kelompok kami melakukan 2 kali pengujian
beton dengan hasil sebagai berikut:
Beton 250-k
Beton
1 : Massa: 11,6 kg
Kuat
tekan: 218.1721687 kg/cm2
Beton 2 : Massa: 11,8 kg
Kuat
tekan: 218.8539759 kg/cm2
Kuat tekan beton pada umur 28 hari tidak
mencapai kuat tekan beton yang diminta, hal ini dapat disebabkan oleh
penambahan air yang berlebih pada saat tahap pencampuran beton, yang ditandai
oleh slump yang didapat melebihi 100mm yaitu 112mm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar