Di pekan ke 3 kami melakukan uji tekan
beton yang telah berumur 7 hari. Sehari sebelum pengujian, beton dikeluarkan
dari bak air terlebih dahulu agar mengering, kemudian dilakukan “caping”.
Tujuan dilakukannya caping adalah untuk meratakan permukaan yang terkena beban
tekan. Sebelum diuji, beton terlebih dahulu ditimbang massanya, baru kemudian
di taruh di mesin UTM (Universal Test Machine). Beton yang diuji harus
diletakkan tepat di tengah-tengah mesin, dan pastikan dibawah beton tidak ada
satupun kerikil yang mengganjal sehingga posisi beton tidak miring agar beban
yang diberikan mesin merata. Beban yang diberikan harus naik secara perlahan,
karena bila beban yang diberikan naik secara tidak teratur dan tiba-tiba, maka
uji tersebut menjadi uji impact. Selang beberapa saat, jarum pada mesin reader
yang tadinya berputar secara perlahan akan berhenti dan kembali ke 0 bila beton
yang diuji hancur (tidak hancur sepenuhnya, hancur disini maksudnya kehilangan
daya tahan terhadap tekan yang ditandai keretakan pada beton). Jarum ke 2 pada
mesin reader menunjukkan angka beban terakhir yang diterima beton sebelum
hancur, dan angka inilah yang menjadi kuat tekan beton.
Uji tekan beton
Beton yang telah hancur setelah pengujian
Kelompok kami melakukan 2 kali pengujian
beton dengan hasil sebagai berikut:
Beton 250-k
Beton
1 : Massa: 12,1 kg
Kuat
tekan: 112.4950602 kg/cm2
Beton 2 : Massa: 11,92 kg
Kuat
tekan: 115.9039759 kg/cm2
Selain uji tekan beton, kami juga
melakukan uji tarik baja. Sebelum dilakukan uji tarik, sebelumnya siapkan
terlebih dahulu baja polos dan baja ulir dengan diameter dan panjang yang
berbeda. Kemudian ukur masing-masing diameter baja dan panjang awalnya, lalu
uji baja menggunakan mesin UTM sampai baja putus. Khusus untuk baja polos dengan diameter 12 mm
menggunakan strain gauge yang datanya dicetak oleh data
logger.
Uji tarik baja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar